Thursday, August 10, 2006

Tinggal di Rumah Gubuk dan cuma Makan Sagu

Potret Korban Kerusuhan Poso

Image Hosted by ImageShack.us

Poso - Puluhan kepala keluarga korban kerusuhan di Desa Kapompa, Poso, Sulawesi Tengah terpaksa hidup dalam kondisi memprihatinkan. Mereka hanya tinggal di gubuk-gubuk dan sudah kehabisan makanan selama empat bulan terakhir. Janji pemerintah setempat untuk membangunkan mereka rumah dan menyediakan bahan makanan sampai mereka mandiri tak dikunjung dipenuhi.

Hari masih pagi, puluhan kepala keluarga di Desa Kapompa, Kecamatan Lage, Poso, Sulawesi Tengah sudah terlihat beraktivitas. Ada yang menggendong wadah dari pelepah daun sagu berisi sagu yang baru saja mereka ramu, ada pula yang mencukur kelapa. Rupanya, itulah makanan mereka sehari-hari.

Di antara mereka adalah seorang lelaki tua berusia 60 tahun. Namanya Levi Bagu. Ia adalah salah seorang di antara korban kerusuhan yang saat itu mengungsi ke Tentena, sekitar 56 kilometer dari Poso. Dia memilih ke kampung halamannya yang luluh lantak karena dilanda konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) pada 2006 silam, karena Pemerintah Kabupaten Poso menjanjikan membangunkan rumah tinggal dan mencukupi kebutuhan bahan makanan mereka.

Ia ditemani istrinya yang juga telah sepuh, tinggal sementara di gubuk beratap dan berdinding rumbia dengan rangka dari bambu sejak April lalu.

"Saya ini sudah tua jadi memilih pulang kembali ke kampung halaman setelah Poso sudah agak aman. Saya juga pulang karena dijanjikan rumah dan ditanggung makanan selama kami belum punya, tapi ternyata tidak ada," aku Levi.

Ada pula Grace Pamimbi, perempuan paruhbaya yang juga menanti janji pemerintah tersebut. Ia mengeluh saat ini tinggal bisa memakan sagu yang mereka ramu dari hutan-hutan setempat.

"Dorang (mereka-red) cuma bisa ba janji-janji, tapi tidak ada buktinya," kata Grace penuh kegusaran.

Dua warga itu, adalah potret kehidupan ratusan korban kerusuhan Poso yang hampir lima tahun mengungsi ke daerah lain. Lalu saat mereka kembali ke daerah asalnya, mereka tersadar tidak punya apa-apa lagi.

Adapun Menurut Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Poso, Amirulah Sia, pemerintah tidak lagi bisa memenuhi bantuan pembangunan rumah bagi mereka.

"Mereka sudah bukan pengungsi lagi. Lagi pula sebagian besar mereka sudah diberikan bantuan pembangunan rumah tinggal ketika masih berada di pengungsian," jelas Amirullah.

Tentu saja Amirullah lupa, bahwa hampir Rp 100 miliar dana bantuan bagi pengungsi Poso juga sudah dikorupsi oleh sejumlah pejabat daerah. Sampai-sampai Bekas Kadis Kessos Andi Azikin Suyuti menjadi pesakitan dan bekas Gubernur Sulteng Aminuddin Ponulele menjadi tersangka dalam kasus korupsi dana bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Poso.

Namun, buru-buru Amirullah menambahkan: "Ya, kalau misalnya mereka benar-benar membutuhkan bantuan, kita akan tetap bantu."

Jadi memang dengan alasan apapun puluhan kepala keluarga korban kerusuhan Poso di Kapompa dan ratusan korban lainnya tetap harus diperhatikan oleh pemerintah setempat.***

1 comments:

daniel john said...

Thanks for this info; this issue has been bugging all of them who face these types of problems, such a nice blog, and the governments should took steps about that.

Term papers

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]