Wednesday, August 09, 2006

Menganyam, Mengisi Hari-hari Terakhir Menanti Eksekusi

Palu - Tiga terpidana mati kasus Poso, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu, kini tengah menanti detik-detik terakhir hidup mereka. Eksekusi mati atas ketiganya sudah di ambang mata. Namun, hal itu tak membuat mereka patah semangat dan putus asa. Mereka mengisi hari-harinya dengan beragama kegiatan mulai dari membuat kerajinan hingga beribadah.

Kamis (30/3) pagi hari Fabianus Tibo, lelaki yang akrab disapa Opa bersama Marinus di ruangan ketrampilan Lembaga Permasyarakatan KLAS 2 A Petobo, Palu, Sulawesi Tengah tengah asyik masyuk dengan belahan rotan yang siap dianyam menjadi keranjang tudung saji dan berbagai asesories lain.

Tangan tua Opa Tibo tampak trampil menganyam bilah-bilah rotan itu. Maklumlah, di Lapas ini dialah yang mengajar ketrampilan anyaman yang didapatnya di perantauan sejak meninggalkan kampung halamannya Flores di Nusa Tenggara Timur. Dalam sehari Tibo bisa menyelesaikan satu buah keranjang namun bisa lebih bila bahan rotannya tersedia.

”Saya suka menganyam, ini melatih kesabaran. Lagi pula saya sudah tua, ini pekerjaan yang ringan tapi bermanfaat. Bisa juga mendatangkan uang. Makanya saya senang mengajarkan anyam-menganyam ini pada semua anak-anak muda di Lapas ini,” aku Opa Tibo.

Di sudut yang lain dalam ruangan yang sama, Marinus juga tampak ceria dengan anyamannya. Meski tak sepandai Opa Tibo, Marinus pun trampil menganyam. Ia mengaku Opa Tibolah yang mengajarnya menganyam.

”Saya dulu tidak tahu kerja begini. Nanti Opa Tibo yang ajarkan saya. Saya juga jadi suka menganyam. Soalnya bisa tambah-tambah uang rokok,” kata Marinus, sambil tertawa.

Selepas dari ruangan ketrampilan, Opa Tibo dan Marinus segera beranjak ke gereja di halaman tengah Lapas. Bersama narapidana lain, mereka berdua khusyuk beribadah.

Berbeda dengan Opa tibo dan Marinus, Dominggus, terpidana mati termuda dari ketiganya tampak lebih emosional dan tertutup. Apalagi kepada wartawan. Itulah yang tampak ketika para wartawan berusaha menemuinya saat tengah bersama sejumlah biarawati dan penasehat hukumnya.

”Saya tidak suka sama pengacara, cuma janji-janji saja kami bisa bebas, tapi tidak ada buktinya. Begitu juga wartawan,” tandasnya.

Hingga kini, di saat-saat kehidupan mereka mendekati batas akhir ketiganya tetap yakin tak bersalah atas meninggalnya sekitar 200 orang dan lima ribuan lebih rumah yang terbakar dalam Kerusuhan Poso tahun 2000 silam. Menurut mereka, ada orang-orang yang harus bertanggungjawab atas kerusuhan Poso dan itu bukan mereka.***

1 comments:

Resume Writing said...

Cover Letter:This is the information That I need a lot!

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]