Thursday, September 07, 2006

Ribuan Warga Do’a Bersama Tolak Hukuman Mati atas Tibo, dkk

Poso – Tidak kurang dari 4000 orang di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (7/9/2006) sejak pagi hingga malam menggelar demonstrasi dan do’a bersama menuntut penghapusan mati hukuman di Indonesia. Mereka juga menyatakan menolak hukuman mati atas terpidana kasus Poso Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu dan meminta Pemerintah mengungkapkan konflik Poso secara tuntas.

Aksi damai ribuan orang dari 4 kecamatan di wilayah Kabupaten Poso ini berlangsung tertib sejak pukul 09.00 – 19.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA). Ribuan warga itu berasal dari Pamona Utara, Pamona Selatan, Pamona Barat dan Pamona Timur.

Aksi massa tersebut digagas oleh Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST). Ketua Majelis Sinode Pendeta Rinaldy Damanik sendirilah yang memimpin massa tersebut.

”Kami meminta memerintah menghapuskan hukuman mati dari Bumi Indonesia. Kami juga meminta agar Pemerintah membentuk tim gabungan pencari fakta independent untuk mengungkapkan kasus Poso setuntas-tuntasnya,” tandas Damanik dalam orasinya di depan ribuan massa tersebut.

Damanik menyatakan bahwa tim gabungan itu nantinya akan bekerja mengungkapkan keterlibatan warga sipil, aparat pemerintah, serta aparat keamanan dalam konflik Poso.

“Dan jangan lupa, kami meminta Pemerintah denga otoritasnya membubarkan kelompok-kelompok paramiliter atau lascar-laskar sipil di Tanah Poso. Lalu berlakukan hukum adapt bagi penyelesaian kasus Poso,” imbuh Damanik.

Walaupun aksi massa ini dipusatkan di terminal penumpang umum Tentena, namun arus lalu lintas yang melintasi jalan Trans Sulawesi tetap
berjalan lancer.

Untuk pengamanan aksi massa ini, Kepolisian setempat menerjunkan tidak kurang dari 180 personil.

Aksi yang dimulai dengan long march dan orasi-orasi itu baru berakhir pukul 19.00 WITA dan ditutup dengan do’a bersama di Gereja Sion, Tentena.

Pasar dan Perkantoran Tutup
Akibat aksi massa menentang pemberlakuan hukuman mati di Indonesia itu, pasar, perkantoran di Tentena lumpuh dari aktifitas.

Pasar Tentena yang setiap harinya ramai dengan aktifitas jual beli, terlihat lengang. Kios-kios tempat berjualan terkunci rapat. Sementara itu meja dan kursi pedagang terlihat dibiarkan bertumpuk dipinggir jalan.

Hampir seluruh pedagang bergabung dalam aksi massa itu. Salah satunya adalah Ibu Iis, pedadang setempat.


”Torang juga ikut karena memang sepakat dengan tuntutan penghapusan hukuman mati dan menolak eksekusi mati pada Opa Tibo, Dominggus dan Marinus,” akunya.

Selain pasar, situasi yang hampir sama juga terjadi di kantor-kantor pemerintahan. Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Poso di Tentena pun ditutup.

Namun demikian situasi keamanan di daerah ini tetap dalam keadaan yang stabil. ***

0 comments:

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]