Sunday, October 29, 2006

Harapan Damai dari Poso

Berbagai teror bom dan peristiwa kekerasan yang terjadi di Poso dalam sebulan terakhir tidak menyurutkan semangat warga di tingkat bawah untuk tetap menjaga perdamaian yang telah berlangsung baik selama ini.

Keadaan yang aman dan tenang memungkinkan mereka untuk kembali bangkit dari keterpurukan setelah daerah Poso pulih dari konflik horizontal bernuansa SARA. Kini sektor pertanian umumnya sumber pendapatan warga di daerah itu untuk membangun kembali rumah-rumah mereka maupun untuk menghidupi keluarga.

Harapan dan optimisme terhadap perdamaian yang abadi di poso ini setidaknya disampaikan oleh warga di Desa Sintuwu Lemba yang terkenal dengan nama Kilo 9. Kilo 9 adalah sebuah desa yang cukup dikenal di Poso karena konflik terbesar di poso terjadi di desa tersebut tepatnya pada bulan Mei tahun 2000.

Konflik itu mengakibatkan ratusan rumah terbakar dan menewaskan sekitar 200 jiwa. Warga yang selamat kemudian mengungsi keberbagai lokasi di Sulawesi Tengah maupun Sulawesi Selatan, serta Sulawesi Utara.

Enam Tahun sudah kejadian itu berlalu. Kini 107 KK yang terdiri atas 54 KK Muslim dan 53 KK Kristen telah hidup berdampingan, rukun dan saling menolong. Warga Kilo 9 mengaku mereka tidak akan lagi mau bertikai.

Menurut mereka pertikaian hanya menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan. Dengan sederhana warga mengatakan agar keharmonisan hubungan mereka tetap dapat terjaga. Oftis Farlin, misalnya. Perempuan beragama Kristen di Sintuwu lembah ini mengatakan hal yang paling penting bagi mereka adalah rasa aman dan kerukunan.

“Kami tidak mau lagi ada orang-orang yang memprovokasi kamu untuk berkelahi, supaya rusuh lagi. Kami ingin hidup tenang, supaya boleh mencari hidup dengan tenang. Saya mau kehidupan yang seperti dulu lagi,” aku Oftis polos.

Hal senada juga disampaikan oleh Supriati, salah seorang warga Sintuwu Lembah yang menjadi korban konflik di Poso pada tahun 2000.

“Tidak usah baku dendam. Kami di sini sudah hidup damai di Sintuvu Lembah. Kami di sini sudah bisa bekerja lebih tenang,” kata perempuan asal Jawa Tengah itu.

Kerukunan umat beragama di Sintuwu Lembah membawa dampak yang cukup positif bagi warga setempat. Mereka mengaku dengan kehidupan yang damai itu mereka dapat bekerja lebih tenang dan lebih semangat sehingga memberikan penghasilan yang lebih baik kepada mereka. Cita-cita mereka hanyalah bagaimana memberikan anak-anak mereka makan dan sekolah. Mereka mengharapkan agar cita-cita mereka yang sederhana dan mulia itu tidak lagi diganggu oleh pihak-pihak lain yang kerap melakukan provokasi terhadap
warga di Poso, Sulawesi Tengah.

Barak Pengungsi
Ada pula kisah lain dari barak pengungsi tentang mimpi kedamaian. Kisah ini datang Desa Kapompa, Kecamatan Lage, Poso, Sulawesi Tengah. Dari desa itu, Levi Bagu, seorang lelaki tua berusia 60 tahun membangun mimpinya agar Poso kembali damai.

“Saya berani kembali dari barak pengungsi di Tentena, karena yakin Poso sudah aman. Saya takut juga kalo sedikit-dikit ada bom, ada penembakan dan lain-lainnya,” sebut Levi.

Lelaki tua ini Ia adalah salah seorang di antara korban kerusuhan yang saat itu mengungsi ke Tentena, sekitar 56 kilometer dari Poso. Dia memilih ke kampung halamannya yang luluh lantak karena dilanda konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) pada 2006 silam, karena sudah yakin Poso akan kembali aman dan damai.

Ia ditemani istrinya yang juga telah sepuh, tinggal sementara di gubuk beratap dan berdinding rumbia dengan rangka dari bambu sejak April lalu.

Suara senada datang pula dari Grace Pamimbi, perempuan paruhbaya yang sebelumnya juga mengungsi di Tentena.

“Torang so mo hidup tenang. Te usah jo bakalae,” kata Grace singkat.

Adakah harapan damai itu, adalah juga harapan seluruh warga Poso? Semoga!

0 comments:

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]