Teror demi teror masih terus terjadi di Poso sepanjang Januari hingga Desember ini, meski ribuan aparat keamanan sudah disiagakan. Ada yang bilang sebab politiklah yang memicu konflik, ada pula yang menyebutkan sebagai buah dari perebutan pengaruh antara aparat Kepolisian dan Tentara. Berikut ini laporan dari Poso atas kejadian sepanjang 2006.
Poso, 9 Januari 2006. Magrib belum lama usai. Tiba-tiba salakan senjata memecah kebeningan malam. Warga setempat pun terperanjat. Rupanya pasukan Batalyon Kavaleri Tentara Nasional Indonesia terlibat baku tembak dengan Satuan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Ini bukan kali pertama. Tahun-tahun sebelum, bahkan tanpa alasan yang jelas, bentrok bersenjata kerap terjadi. Beruntung tidak ada korban jiwa akibat bentrokan para serdadu itu.
Belum usai ketegangan akibat bentrok itu sekitar pukul 20.30 Waktu Indonesia Tengah, sebuah bom meledak di Gereja Sion. Teror sudah bermula, meski tak korban jiwa.
Esoknya, 10 Januari 2006, sebuah bom Molotov dilemparkan ke Kantor Satuan Tugas Pemulihan Keamanan Poso di depan Kantor Bupati Poso oleh orang yang tak dikenal. Teror pun makin menjadi.
Kondisi di Poso, meski tenang tapi tetap dihantui teror. Pada 1 Juli bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Bhayangkara Kepolisian Republik Indonesia, sebuah bom meledak di Kompleks Gereja Eklesia Poso. Warga setempat pun panic.
Sejak saat itu, teror demi teror bom pun terus terjadi. Sepanjang Januari hingga September warga Kota Poso dan Tentena dihantui peledakan bom, ancaman bom dan kekerasan bersenjata.
Klimaksnya pada 22 September pukul 01.15 WITA. Saat itu, tiga terpidana mati Poso Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu dihadapankan ke depan regu tembak Brimob Polda Sulteng. Usai sudah babakan perjuangan mereka mengharapkan kebebasan. Banyak yang berpikir, bara di Poso akan padam. Ternyata tidak. Api menyala kembali di Poso.
Pagi hari sesudah eksekusi itu, warga pun marah. Mereka mengamuk melempari Kantor Polsek Lage dan Polsek Pamona Utara meminta agar Brimob diusir dari Poso. Sejak saat itu, kondisi di Poso tegang.
Menyusul kemudian pada 28 September sebuah mobil Suzuki Carry pick up bernomor Polisi DD 8624 CT ditemukan di dalam jurang sedalam 30 meter di Desa Masewe, Taripa,Pamona Selatan. Pengemudianya Arham Badarudin (32 thn) & kondektur Wandi (17 thn), yang berasal dari Masamba, Luwu, Sulawesi Barat hilang. Keduanya baru ditemukan pada 7 Oktober telah menjadi mayat. Mereka ternyata menjadi korban pengeroyokan sekelompok warga di Taripa yang tidak puas atas eksekusi Tibo, dkk.
Dan kekerasan pun belum berhenti, sehari sesudah ditemukan mobil di dasar jurang tersebut, pada 29 September tiga mobil milik Polisi di Taripa dibakar massa.
Setelah itu berentetan teror terus terjadi di Poso. Sampai kemudian pada 16 Oktober 2006, sekitar pukul 08.00 WITA, warga Sulawesi Tengah terguncang. Sekretaris Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah Pendeta Irianto Kongkoli ditembak orang tidak dikenal di Jalan Robert Wolter Monginsidi, Palu Selatan di depan Toko Sinar Kasih. Pendeta penganjur damai itu langsung tewas di tempat.
Sulawesi Tengah pun berduka. Seluruh Umat Kristiani lalu mengibarkan bendera setengah tiang tanda berduka.
Kekerasan demi kekerasan seperti menemukan pemicu baru. Sampai kemudian 22 Oktober 2006, patroli Polisi dari Kesatuan Brigade Mobil bentrok dengan warga Kelurahan Gebangredjo. Saat itu, sebanyak 14 anggota Polisi terjebak di antara desingan peluru. Tak lama kemudian ratusan warga setempat mendatangi dan melempari pos itu. Situasi menjadi kacau balau di antara desingan peluru dan hantaman batu.
Belasan Polisi itu pun terpaksa mesti meminta bantuan melalui pesawat handy talky. Lalu sekitar 1 Satuan Setingkat Kompi Brimob Bawah Kendali Operasi Polres Poso dari Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pun didatangkan. Mereka datang mengendarai baracuda, kendaraan lapis baja modifikasi milik Polri. Evakuasi pun dilakukan. Sejumlah anggota Polisi pun mengeluarkan tembakan beruntun.
Akibatnya, Syaifuddin alias Udin tewas diterjang peluru anggota Brimob, sementara Muhammad Rizky dan Maslan terluka parah diterjang timah panas pasukan elit Polri itu. Suasana pun makin memanas hingga dinihari. Beruntung sahur memutus amarah warga. Besok harus melaksanakan ibadah puasa lagi.
Suasana lalu kembali tenang, sebab suasana Idul Fitri mendinginkan hati.
Ternyata peristiwa demi peristiwa yang terjadi sepanjang tahun membuat gerah Wakil Presiden Yusuf Kalla. Ia pun mengusahakan bertemu dengan sejumlah tokoh Islam dan Kristen di Gubernuran Siranindi, Palu, Sulawesi Tengah. Banyak hal yang dibicarakan. Ada beberapa hal penting bisa menjadi catatan. Sebelumnya, pernyataan Kalla agar Polisi menangkap teroris di Poso memantik kecaman. Sebab lagi-lagi Kalla melihat kelompok tertentu di Poso terlibat dalam aksi kekerasan itu.
Soalnya Kalla pernah menuduh Ustadz Adnan Arsal, pimpinan Pondok Pesantren Amanah Poso mengetahui siapa pelaku mutilasi tiga siswi SMU Kristen GKST Poso pada 29 November 2005. Tentu saja Adnan berang dituding seperti itu. Makanya ketika Kalla
mengeluarkan statemen seperti itu, mata semua orang pun menohok Adnan yang jauh-jauh hari sudah mengeluarkan bantahan dirinya terlibat dalam aksi-aksi kekerasan itu. Sebab menurutnya pesantrennya hanya mengajarkan kurikulum yang berbasis pada kurikulum pendidikan agama dari Departemen Agama Republik Indonesia.
Kenyataan memang sejumlah pelaku teror memang terkait dengan Ustad Adnan. Ia bahkan mengakui pernah mendidik mereka.
Bahkan 29 buronan kasus terorisme di Poso dan Palu yang dikeluarkan Mabes Polri pun rata-rata mengenal Ustad Adnan. Tapi Polisi sendiri tidak pernah bisa membuktikan keterlibatan Ustad Adnan.
Usai pertemuan itu sebuah tim pencari fakta diturunkan ke Poso. Sayang hingga kini laporannya tak kunjung diketahui masyarakat. Padahal teror demi teror masih terjadi di Poso.
Pada awal Desember dua bom yang kembali meledak di Stadion Kasintuwu, Poso Kota kian menegaskan bahwa teror memang belum berhenti, Pak Ucup (sapaan wapres Jusuf Kalla—red)
Karena itu, Polisi benar-benar khawatir. Meski tentu saja tidak berharap kekerasan di Poso akan kembali menelan korban, namun tak kurang dari 5000 personil aparat keamanan disiagakan menjelang Natal 25 Desember dan Tahun Baru 1 Januari 2007 serta Idul Adha 31 Desember 2006.
Kepala Polda Sulteng Brigjen Pol Badrodin Haiti menyatakan bahwa Poso dan Palu menjadi pusat pengamanan mengingat teror dan kekerasan yang terjadi di dua kota penting di Sulawesi Tengah ini.
“Kita menyiagakan dua pertiga kekuatan untuk pengamanan ketiga peringatan keagamaan itu. Jumlahnya tidak kurang dari 5000 personil gabungan Polri dan TNI untuk mengantisipasi gangguan keamanan yang bisa saja terjadi. Dan jumlah itu dirasakan cukup, jadi tidak ada penambahan pasukan lagi,” urai Badrodin.
Sekadar menjadi catatan, saat ini, sekitar 5000-an aparat keamanan telah menyebar di berbagai titik rawan keamanan di Poso. Untuk satuan kepolisian saja, sekitar 2000-an personil organik berada di Poso. Ini diluar pasukan BKO (Bawa Kendali Operasi) Brimob yang dimobilisasi menjelang eksekusi Tibo CS lalu, dan pasca kejadian Bom dan kosentrasi massa di Kelurahann Sayo, 30 September 2006 pekan lalu. Terhitung, saat ini ada 10 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sekitar 1000-an Brimob, dari berbagai daerah berada di Poso. Termasuk dari Kelapa Dua Depok, Sat Brimobda Sulut dan Kalimantan Timur.
Sebaliknya, dari TNI AD terdapat 1.362 personel. Rinciannya, personel dari Kodim 1307 Poso sebanyak 208 orang, dari Yonif 714/Sintuwu Maroso 578 orang, Kompi senapan B Yonif 711/Raksatama 106 orang, Batalyon Kavaleri 10/Serbu Kodam VII/Wirabuana 400 orang, dan dari Tim Sandi Yudha Kopassus 12 orang. Hal ini di luar rencana akan mendatangkan 2 batalyon BKO lagi ke Poso. Ditambah dengan satu Batalyon Zeni Tempur yang didatangkan untuk membantu pembangunan lebih dari 1000 unit rumah tinggal sederhana bagi korban konflik Poso.
Saat ini juga Polres Poso mengaktifkan sekitar 50 pos keamanan, termasuk Pos Polisi Masyarakat yang melibatkan tidak kurang dari 2302 personil gabungan TNI dan Polri.
Akankah Natal, Tahun Baru dan Idul Adha di pengujung tahun ini berlangsung dalam kedamaian? Kita semua harus mengupayakannya dan tentu saja itu tugas Polisi.***
Thursday, December 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Info
BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.
Dedication Quote
ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]
0 comments:
Post a Comment