Saturday, July 29, 2006

Dihibur Jihan Amir 380 Janda Korban Konflik Poso Gelar Bertemu

Poso – Tak kurang dari 380 janda korban konflik Poso dari berbagai agama menggelar silahturahmi di Gedung Wanita Poso, Sabtu (29/7/2006) ini. Peristiwa ini merupakan kali pertama terjadi setelah Poso diluluhlantakan oleh bara konflik Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) sejak 1998 lalu.

Suasana haru dan gembira berpadu dalam pertemuan yang digagas oleh Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah ini. Mereka pun dihibur artis sejumlah artis Ibukota semisal Jihan Amir. Sejumlah Psikolog dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta pun ambil bagian.

Ratusan janda ini usai konflik meluluhlantakan Poso mengungsi ke Palu, Tojo Unauna, Morowali dan Parigi Moutong. Ada pula yang tetap menetap di Poso. Selain dihadiri oleh para janda-janda korban konflik, sejumlah keluarga korban bom Tentena, bom Pasar Sentral Poso dan korban penembakan misterius juga terlihat hadir.

Silahturahmi para janda korban konflik ini, menurut Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Oegroseno merupakan gagasan dari masyarakat Muslim dan Nasrani Poso. “Kami tinggal memfasilitasi mereka untuk bisa bersilahturahmi,” ujar Kapolda Oegroseno.

Agar suasana berlangsung santai, sejumlah artis ibukota dihadirkan untuk menghibur mereka. Terlihat Jihan Amir, Kristina, Dewi Ramlah, Agustina dan Silva terlibat dalam kegiatan yang dirancang oleh Wakapolda Sulteng Kombes Pol Syafei Aksal ini.

Sedangkan empat psikolog dari Universitas Gajah Mada )UGM) Hendro Prabowo, Diana Setyanti, Wida dan Hasanah juga dilibatkan untuk kebutuhan trauma conseling. Diharapkan para janda-janda dan keluarga korban sejumlah aksi kekerasan di Poso itu bisa mengeluarkan isi hati mereka bersama para psikolog ini. Hal ini diniati untuk mengobati luka hati atau trauma mereka.

Dialog para janda korban konflik itu mengalir lancar. Sebutlah Agustina Poimbong, yang mengaku anaknya tewas dalam sebuah bentrok massa di Poso pada tahun 2000 lalu. “Saya menangis mendengar anak saya mati, tapi saya tidak bisa berbuat apa. Kalo saya dibilang dendam, iya. Tapi saya juga berpikir dendam akan pernah menyelesaikan masalah, karenanya saya berharap sudah jo, brentilah torang baku musuh. Lebih torang sama,” kata ibu beragama Kristen dari suku Pamona ini.

Begitu pula Sofia, yang sebelumnya tinggal di Pesantren Walisongo, Kilo 9 Poso yang rata dengan tanah dibakar massa perusuh. Sofialah yang pernah menggegerkan Pengadilan Negeri Palu pada April 2001. Saat itu ia tampil menjadi saksi dalam peradilan terpidana mati Poso Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu. Saat akan bersaksi ia menampar wajah ketiganya dengan sandal jepit.

Ia mengaku sulit menghapus dendam pada orang-orang yang sudah membunuh keluarganya. “Sekarang saya pasrah saja pada Allah, sebab Allah pasti menghukum mereka,” demikian Sofia.

Pertemuan yang berlangsung sejak pukul 09.00 Wita berakhir dalam suasana penuh keharuan pada pukul 15.00 Wita. Ada asa yang mengemuka, semoga fajar damai terus bersinar di Poso.***

0 comments:

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]