Tuesday, January 30, 2007

Polisi Temukan 9 Ribu Amunisi dan 168 Bom


Poso - Kepolisian terus berupaya memperkecil ruang gerak kelompok bersenjata dan mematahkan kekuatannya dengan melakukan penyisiran di sekitar kawasan Tanah Runtuh, Poso, Sulawesi Tengah. Sebelumnya kawasan ini menjadi basis kelompok tersebut. Dari penyisiran yang dilakukan sepekan terakhir, Polisi berhasil menemukan puluhan senjata api organik dan rakitan, ratusan bahan peledak serta ribuan butir amunisi. Penyisiran dilakukan di kawasan hutan, perbukitan dan di rumah-rumah penduduk.

Juru Bicara Satuan Tugas Humas Polda Sulteng AKBP Wibowo menyatakan bahwa diduga masih banyak senjata api, amunisi dan bahan peledak yang disembunyikan oleh kelompok bersenjata. Saat ini, penyisiran dikosentrasikan di kawasan Tanah Runtuh dan Kayamanya, yang sebelumnya disebut-sebut sebagai basis pertahanan kelompok bersenjata di Poso.

“Penyisiran ini terus dilakukan untuk memperkecil ruang gerak para DPO dan kelompok bersenjata yang mendukungnya, serta membersihkan kedua kawasan itu dari senjata api, amunisi dan bahan peledak yang dikuasai warga di luar kewenangannya,” kata Wibowo.
dalam

Warga setempat menyambut baik upaya penyisiran yang dilakukan oleh Polisi tersebut. Mereka berharap dapat kembali hidup tenang.

“Kalau saya yang penting amanlah. Supaya bisa tenang bekerja,” ujar Ibu Kadria, warga Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota.

Rata-rata warga setempat mengaku takut dengan adanya kelompok bersenjata itu. Misalnya, Masri.

“Saya tidak mau ikut-ikutan mereka, karena kenanya ke saya nantinya. Saya juga tidak kenal siapa semua mereka itu,” aku Masri.

Jadi, tentu saja warga setempat tidak segan-segan menunjukkan di mana kemungkinan disembunyikannya. senjata api, amunisi dan bahan peledak di kawasan itu. Meski tidak sedikit yang masih takut buka mulut, karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya.




------------------------------------------------------------------------------------
Hasil penyisiran senjata api, amunisi dan bahan peledak di Poso sejak 22-31 Januari 2007
------------------------------------------------------------------------------------
Senjata Api:
Senjata Laras Panjang Rakitan (41 pucuk)
Senjata Api Laras Panjang Organik (8 pucuk) Terdiri dari M-16, SKS, US Carabine dan MK3
Senjata Laras Pendek Rakitan (10 pucuk)
Senjata Api Laras Pendek Organik (4 pucuk) jenis Smith & Wenson dan Walter

Amunisi:
Amunisi dari berbagai caliber (9.095 butir) terdiri dari caliber 5,56 milimeter, 38,9 m millimeter dan caliber 30 milimeter

Bahan Peledak:
Bom Rakitan (168 buah)
Granat Tangan (1 buah)
Granat Lontar (10 buah)
------------------------------------------------------------------------------------

Polisi Gelar Sayembara Rp 100 Juta untuk Buru DPO Poso

Poso - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah makin mengintensifkan pengejaran kepada 15 Daftar Pencarian Orang (DPO) Mabes Polri yang terkait kasus terorisme di Poso. Bahkan Polda Sulteng menggelar sayembara berhadiah Rp 100 juta rupiah bagi warga masyarakat yang memberikan informasi keberadaan Basri, DPO nomor 1 Mabes Polriyang diduga merupakan pimpinan kelompok bersenjata di Poso.

Kepolisian menggelar sayembara ini untuk mempercepat penangkapan lelaki yang berkali-kali lolos dari penyergapan Polisi ini. Basri diduga merupakan pimpinan kelompok bersenjata di Poso. Jika tertangka lelaki ini akan dijerat sejumlah kasus di mana dia sebagai pemberi perintah dan eksekutornya.

Dari pemeriksaan tim penyidik Mabes Polri dan Polda Sulteng, ia dituduhkan terlibat dalam memberikan perintah pembunuhan atas tiga siswi SMU Kristen Poso pada 25 November 2005.

Lalu berturut-turut ia terlibat sejumlah kasus yang dikategorikan sebagai pelanggaran atas Undang-Undang Terorisme semisal pelontaran granat dengan Granade Launcher Machine (GLM) 30 September dari belakang Lembaga Pemasyarakatan Poso. Kemudian penembakan atas Briptu Agus Sulaeman pada 2005 di Poso, saat itu Basri memberikan perintah kepada Enal Tao dan Nanto Bojel sebagai eksekutornya.

Bahkan pada penembakan Kapolres Poso AKBP Rudi Sufahriadi 2006, Basri juga terlibat memberikan perintah kepada Enal Tao dan Yono sebagai eksekutornya.

Atas keterlibatannya pada sejumlah kasus itu, Polda Sulteng kemudian menggelar sayembara berhadian Rp 100 juta rupiah bagi warga yang dapat memberikan informasi keberadaannya.

“Bagi warga masyarakat yang mengetahui keberadaan DPO atas nama Basri agar menginformasikannya kepada aparat Kepolisian terdekat dan apabila informasi tersebut benar akan diberikan imbalan seratus juta rupiah,” demikian keterangan Juru Bicara Satuan Tugas Human Polda Sulteng AKBP Wibowo.

Sayembara Rp 100 juta untuk memburu Basri tersebut berlaku efektif Rabu (31/1/2007)

------------------------------------------------------------------------------------
Daftar DPO Mabes Polri yang masih Diburu Polisi
------------------------------------------------------------------------------------
1. Basri
2. Agus Jenggot alias Boiren
3. Nanto Bojel
4. Hamdara Tamil
5. Papa Isran alias Papa Yus alias Man Labuan
6. Enal alias Tao
7. Iwan Asapa alias Ale
8. Ardin alias Rojak
9. Iin alias Brur
10. Amril Ngiode alias Aat
11. Taufik Baruga alias Upik
12. Yasin Lakita alias Acin
13. Yudi Parsan
14. Kholik alias Syafaat
15. Sanusi
------------------------------------------------------------------------------------

Monday, January 29, 2007

Polisi Temukan 10 Granat Lontar dan Ratusan Amunisi

Poso-Satuan Brimob Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (29/1/2007) pagi kembali menemukan puluhan bom, 10 GLM, 1 SKS dan ratusan amunisi. Senjata api dan amunisi tersebut ditemukan dalam penyisiran di kawasan Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota, Sulawesi Tengah.

Temuan senjata dan ratusan amunisi ini merupakan kali keempat dalam sepekan terakhir. Sebelumnya di Jalan Pulau Irian Jaya, Gebang Rejo, Sabtu (27/1/2007) sore, Polisi juga menemukan sekitar 1.218 butir amunisi aktif kaliber 5,56 milimeter, tiga bom rakitan,sepucuk senjata MK3 dan sepucuk senjata api rakitan laras panjang.

Serta Minggu (28/1/2007) siang kemarin menemukan lagi sepucuk senjata api laras pendek rakitan, sepucuk senjata api laras panjang organic jenis M-16 dan sekitar 700 butir amunisi. Senjata api dan amunisi tersebut ditemukan dalam penyisiran di kawasan Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo, Poso, Kota, Sulawesi Tengah.

Selain itu, Polisi juga menemukan empat magazen uintuk M-16 dan dua magazen MK3, senapan mesin buatan Rusia serta beberapa lembar pakaian dan tas milik kelompok bersenjata yang terlibat baku tembak dengan Polisi Senin, (22/1/2007) lalu.

Kepala Detasemen Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kompol Gatot, yang saat ini berada di Poso mengatakan temuan senjata api dan ratusan amunisi aktif ini, kini diamankan di Mapolres Poso untuk diselidiki lebih lanjut. Polisi juga tengah mengidentifikasi beberapa lembar pakaian yang disita bersama senjata api dan
amunisi tersebut.

Hingga saat ini, polisi masih terus melakukan penyisiran, serta pengejaran DPO dan kelompok bersenjata yang mendukung mereka.***

Polisi Bebaskan 10 Tersangka Baku Tembak di Poso

POSO – Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Minggu (28/1/2007) sekitar pukul 14.00 WITA akhirnya membebaskan 10 dari 24 warga Poso yang ditangkap pasca baku tembak Polisi dengan kelompok bersenjata di Gebangrejo, Poso Kota. Senin (22/1/2007) lalu. Meski sudah dibebaskan ke-10 warga Poso yang semula diduga merupakan anggota kelompok bersenjata itu dikenakan wajib lapor.

Ke-10 warga Poso ini sudah ditahan Polisi dan menjalani pemeriksaan intensif di Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Sulteng sejak Senin (22/1/2007). Mereka ditangkap di sekitar Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota, pasca baku tembak kelompok bersenjata dengan Polisi dalam penyergapan sejumlah tersangka kasus terorisme di Poso yang sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Mabes Polri.

Mereka yang dibebaskan adalah Mansur, Hafid, Suhardi, Arman, Ahmad, Samat, Suhartono, Sabirin, Bahauddin, H Ali M Rois dan Abdul Wahab.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Muhammad Kilat, mereka dipulangkan karena dari hasil penyelidikan dan penyidikan sementara mereka diduga bukanlah pelaku utama dan hanya ikut-ikutan.

“Saat diperiksa mereka mengaku dipaksa kelompok DPO dan diancam agar terlibat dalam baku tembak dengan Polisi. Sementara ini, mereka dilepaskan karena mereka sudah berjanji untuk tidak akan melarikan diri atau bergabung dengan kelompok Basri Cs,” Kata Kilat.

Meski tidak lagi ditahan, namun ke-10 tersangka ini tetap dikenakan wajib lapor. Saat ini, Polisi tinggal menahan 16 warga Poso lainnya yang menjadi tersangka baku tembak dengan Polisi. Polisi masih melakukan pemeriksaan intensif atas keterlibatan mereka dalam insiden baku tembak itu. Setelah dibebaskan mereka langsung dipulangkan ke Poso.***

Sorak Sulteng Desak Densus 88 Dibubarkan

Palu - Puluhan pemuda yang tergabung dalam Solidaritas Rakyat (Sorak) Peduli Kemanusiaan Sulawesi Tengah menggelar unjukrasa meminta agar Polisi segera menghentikan tindak kekerasan di Poso. Mereka menuntut penarikan tim Detasemen Khusus AntiTeror Mabes Polri dari Poso menyusul terjadinya insiden baku tembak dengan kelompok bersenjata yang menewaskan 14 belas orang.

Puluhan massa gabungan pemuda dan aktivis ormas Islam memulai aksinya di Bundaran Hasanuddin Palu. Mereka menggelar orasi sembari membagi-bagikan bunga serta selebaran kepada setiap pengendara yang melintas di jalan tersebut.

Dalam orasinya yang berlangsung sekitar satu jam ini, pengunjukrasa meminta kepada polisi untuk segera menghentikan tindak kekerasan terhadap warga sipil di Poso. Selain itu, pengunjukrasa juga meminta agar tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri segera ditarik dari Poso karena dianggap sebagai biang terjadinya kontak senjata yang menewaskan empat belas orang tersebut.***

Polisi Temukan lagi Dua Pucuk Senjata Api dan Ratusan Amunisi

Poso - Satuan Brimob Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/1/2007) siang menemukan lagi sepucuk senjata api laras pendek rakitan, sepucuk senjata api laras panjang organic jenis M-16 dan sekitar 700 butir amunisi. Senjata api dan amunisi tersebut ditemukan dalam penyisiran di kawasan Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo, Poso, Kota, Sulawesi Tengah.

Selain itu, Polisi juga menemukan empat magazen uintuk M-16 dan dua magazen MK3, senapan mesin buatan Rusia serta beberapa lembar pakaian dan tas milik kelompok bersenjata yang terlibat baku tembak dengan Polisi Senin, (22/1/2007) lalu.

Penemuan dua pucuk senjata dan amunisi ini, bermula ketika aparat kepolisian melakukan penyisiran di kawasan Tanah Runtuh, sekitar pukul 12.00 WITA. Saat
menyisir di sekitar pos Polisi Masyarakat di kawasan itu, polisi menemukan sepucuk senjata api organic jenis M-16 beserta magazennya dan magazen senjata mesin jenis MK3.

Di lokasi ini Polisi juga menemukan sepucuk pistol rakitan dan tas berisi sekitar 700 butir amunisi aktif kaliber 5,56 serta beberapa lembar pakaian yang diduga milik kelompok bersenjata.

Dua pucuk senjata api dan ratusan butir amunisi aktif ini, kini diamankan di Mapolres Poso untuk diselidiki lebih lanjut. Polisi juga tengah mengidentifikasi beberapa lembar pakaian yang disita bersama senjata api dan amunisi tersebut.

Penemuan dua pucuk senjata api dan ratusan butir amunisi ini, merupakan kali ketiga dalam sepekan terakhir. Sebelumnya di Jalan Pulau Irian Jaya, Gebang Rejo, Sabtu (27/1/2007) sore, Polisi juga menemukan sekitar 1.218 butir amunisi aktif kaliber 5,56 milimeter, tiga bom rakitan, sepucuk senjata MK3 dan sepucuk senjata api rakitan lars panjang.

Hingga saat ini, polisi masih terus melakukan penyisiran, serta pengejaran DPO dan kelompok bersenjata yang mendukung mereka.***

Jejak Penyelundupan Senjata Api ke Poso

Sekretaris Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Agustadi SP pada kedatangannya di Poso, Rabu (24/1/2007) lalu menyaksikan sendiri betapa banyaknya
senjata api, amunisi dan bahan peledak illegal yang beredar di Poso.

Dari penyisiran Polisi pasca baku tembak dengan kelompok bersenjata di Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota saja, tidak kurang dari 25 pucuk senjata api dan sekitar 3.000 butir amunisi serta lebih dari 400 detonator bom berhasil ditemukan. Alat-alat tempur yang semestinya hanya dimiliki oleh Kepolisian dan TNI itu didapatkan dari tangan warga sipil di Poso.

Jadi betapa bisa dibayangkan banyaknya senpi, amunisi dan handak illegal beredar di wilayah yang diharubiru oleh kekerasan demi kekerasan itu sejak 1998.

Dari mana sesungguhnya senjata-senjata itu datang? Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar di Jakarta menyatakan sebagian senapan tempur milik para
buronan kerusuhan Poso dipastikan merupakan senjata organik Polri.

Senjata tersebut berpindah tangan ketika gudang Brimob di Tantui, Ambon dibobol pencuri pada 2001. Saat itu hampir 800 pucuk senapan serbu milik Polri dicuri. Diduga selain dipakai oleh kelompok bersenjata di Ambon, sebagiannya juga dibawa ke Poso. Peredaran senpi itu diduga dilakukan anggota milisi laskar jihad Ahlussunnah Waljamaah pimpinan Ja’far Umar Thalib yang memang aktif di Poso dan Ambon.

"Kita sudah buktikan ada tiga senjata yang mereka pakai itu diambil dari waktu kejadian penyerbuan kantor, asrama dan gudang Brimob di Ambon," kata Syamsir Siregar, Kamis (25/1/2007) di Jakarta.

Jika awal-awal konflik 1998 – 2000, senjata api rakitan semisal dum-dum atau paporo masih memainkan peranan, maka pada fase-fase selanjutnya hingga 2007 ini penggunaan senjata api makin berkualitas. Kelompok bersenjata di Poso biasanya menggunakan senjata laras panjang M-16, SKS, US Carabine dan senjata laras pendek jenis revolver S&W, juga FN.

Bahkan pada penyisiran yang dilakukan Polisi, Kamis (25/1/2006) di Tanah Runtuh, Gebangrejo, Poso ditemukan MK 3 buatan Rusia. Senjata ini dikalangan sipil bersenjata dikenal sebagai senjata rantang, oleh karena tempat pelurunya yang bulat menyerupai rantang. Senjata ini seperti yang dipakai salah seorang bintang Hollywood Silvester Stalone dalam film-film Rambonya.

Jadi bisa dibayangkan bagaimana senjata-senjata tempur semacam itu bisa jatuh ke tangan sipil.

Di Poso, Sulawesi Tengah, selain sisa-sisa dari 1950-an saat pemberontakan PRRI-Permesta bergejolak, senjata ke Poso mulai masuk berbarengan dengan kedatangan laskar jihad Ahlussunnah Waljamaah pada 2001. Sebelumnya di kelompok milisi Kristen di Tentena senjata-senjata organik dan rakitan juga sudah dipunyai.

Bahkan ketika, Pendeta Rinaldy Damanik, saat ini Ketua Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah harus berurusan dengan Polisi gara-gara kedapatan membawa senjata api rakitan dan amunisi di mobilnya. Pengadilan Negeri Palu kemudian mengvonisnya selama tiga tahun penjara pada Juni 2003. Meski berkali-kali dia menyatakan bahwa itu adalah jebakan.

Setelah masa damai tiba. Saban waktu, aparat Kepolisian dan TNI di Poso mengimbau warga dari dua belah pihak yang bertikai untuk menyerahkan senjata api rakitan, organik, amunisi dan bahan peledak yang mereka kuasai. Sayang yang diserahkan rata-rata sudah karatan dan tidak berfungsi lagi. Artinya, di kalangan sipil di Poso senjata-senjata itu masih ada.

Selain pengambilan paksa di gudang-gudang senjata milik TNI maupun Polri, ada pula yang diperjualbelikan. Dari Pengadilan Negeri Palu pada 2001, seorang Polisi berpangkat Brigadir Satu Polisi IW divonis karena menyuplai amunisi bagi salah satu kelompok bertikai di Poso.

Lalu, sejumlah intel Kodam VIII Wirabuana yang hendak mengamankan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional di Palu pada 2000 dihadang warga di Tentena, Pamona
Utara. Senjata-senjata mereka dirampas.

Pada 2000-2003, tawar menawar amunisi dan senjata di Poso masih bisa kita jumpai. Ada yang menjual amunisi caliber 5,56 milimeter seharga Rp 5000 – Rp 7500 per butirnya. Ada pula yang menawarkan senjata SS-1 dengan harga Rp 8 juta per pucuk.

Nah, selain dari dalam negeri, sumber utama penyelundupan senjata ke Poso berasal dari Philipina.

Dari kesaksian di Pengadilan Negeri Palu 2003, didapat keterangan pintu penyelundupan penting lain adalah Tawao - Nunukan, dengan senjata bersumber Filipina Selatan. Seorang bekas tokoh Jemaah Islamiyah (JI) berkebangsaan Malaysia, Nasir Abas menyatakan bahwa jaringan organisasi ini pernah memanfaatkan penyelundupan melalui jalur ini.

Ketika itu, bersama Zulkarnain (seorang tokoh JI lainnya), mereka mengirimkan empat pucuk senjata laras panjang dan empat pucuk senjata laras pendek ke Ambon. Nasir mengakui cerita ini di depan sebuah siding pengadilan di Palu,4 Oktober 2003.

Muhammad Nasir bin Abas (34 tahun) alias Sulaiman alias Leman, alias Maman, alias Khairudin, alias Malik, alias Nasir Abas, alias Adi Santoso, alias Edy Mulyono, alias Maa'ruf sendiri lahir di Singapura, 6 Mei 1969. Ia berkewarganegaraan Malaysia. Ia mengenyam pendidikan terahir di Sekolah Menengah Datu Jafar Johor Baru, Johor Malaysia.Sebelum ditangkap, alamat terahirnya adalah BTN Palupi Permai Blok D No. 19 Kodya Palu.

Nasir Abas (berkebangsaan Malaysia) adalah ipar Muhamad Gufran alias Muchlas, salah seorang tersangka peledakan bom Bali. Nasir Abas pernah menjadi instruktur di bidang senjata di Akademi militer Mujahidin Afganistan 1989-1991. Sejak April 2001,ia dilantik sebagai Ketua Mantiqi Tsalis (Wilayah III), yang mencakup Sabah Malaysia, Kalimantan Timur Indonesia, Palu Sulawesi Tengah Indonesia, dan Mindanao Filipina Selatan (termasuk kamp latihan Hudaybiyah) menggantikan Mustapha.

Saat ini, sang tokoh tidak lagi terlibat dalam JI dan mulai membeber banyak kekeliruan organisasi ini.

Lain Natsir, lain pula Alfarouk. Sosok yang dikenal sebagai pentolah Alqaeda di Asia ini sekitar 2001 - 2002 dilaporkan pernah bermukim di Poso. Bahkan bekas Ketua DPRD Poso Akram Kamaruddin pernah diperiksa Polisi terkait dengan Alfarouk lantaran didapat informasi rumahnya dikontrak oleh pentolan Alqaeda ini. Namun kasusnya kemudian tidak berlanjut, karena Polisi kesulitan mendapatkan saksi.Diduga Alfarouk yang tewas ditembak tentara Inggris pada September 2006, pernah melatih penggunaan senjata pada anak-anak muda di Poso.

Dalam penulusuran intelijen Kepolisian diketahui selain jalur itu, jalur masuknya senjata illegal ke Poso juga melalui jalur laut Philipina Selatan, menuju Kepulauan Sangihe, Sangir Talaud, lalu ke Bitung. Setelah kemudian dibawa melalui jalur darat di wilayah Pantai Timur Parigi Moutong. Sesampainya di Toboli, titik masuk ke Palu dan Poso, senjata-senjata itu kemudian dibagi. Sebagian dibawa ke Palu, sebagian dibawa ke Poso.

Jadi, tokoh dari kelompok bersenjata baik di pihak Muslim maupun Kristen, Laskar Jihad Ahlussunah Waljamaah, JI dan aparat keamanan (Polri dan TNI), menjadi aktor utama di balik peredaran senjata di Poso sepanjang 2000-2002. Tentu saja dari merekalah penulusuran Polisi mesti dimulai.

Kapolda Sulteng Brigjen Badrodin Haiti sendiri mengakui masih banyaknya senjata, amunisi dan bahan peledak yang dikuasai warga di Poso di luar kewenangannya.

“Kita sudah mengeluarkan tembak di tempat untuk melumpuhkan warga atau siapa saja yang memiliki senjata tanpa kewenangannya,” tekan Badrodin.

Pihaknya, aku Badrodin, telah mengidentifikasi kelompok-kelompok atau oknum pemilik barang-barang illegal itu. Namun pihaknya mengaku lebih mengedepankan cara-cara persuasif.

“Namun kalau sampai kedapatan memiliki dan menggunakan kami akan lumpuhkan,” tandasnya.

Badrodin menilai kepemilikan senjata, amunisi dan bahan-bahan peledak itulah yang mendorong aksi-aksi kekerasan di Poso.

Kenapa Polisi sulit mengusutnya? Pada beberapa kasus sejumlah senjata standar Polri dan TNI yang ditemukan rata-rata nomor registrasinya dihapus. Padahal dengan mengetahui nomor registrasinya asal senjata akan diketahui. Pada kasus lain, senjata-senjata itu memang berasal dari sumber luar negeri. Pada beberapa kasus lagi, meski nomor registrasinya sudah diketahui, namun penyelidikan buntu di masing-masing kesatuan baik TNI maupun Polri.

Ariyanto Sangadji, seorang peneliti peredaran senjata illegal di Palu, Sulawesi Tengah menyatakan kerja sama regional antarpemerintah untuk memberangus ilegal transfer senjata api yang memanfaatkan daerah-daerah perbatasan yang rawan penyelundupan penting dilakukan.

“Kerjasama itu sudah dharus dilakukan, selain upaya-upaya melucuti senjata-senjata milisi sipil yang ada di Poso. Juga menumbuhkan sikap professional di kalangan aparat keamanan. Mereka tidak boleh memihak pada kelompok-kelompok tertentu,” terang Ariyanto.

Nah, sekarang tidak ada bahasa lain lagi, tanggungjawab untuk menghentikan peredaran senjata ini memang di tangan aparat berwenang. Kebijakan Kapolri Jenderal Polisi Sutanto soal penghentian izin kepemilikan senjata api di kalangan sipil patut didukung. Sebab negara ini bukan negara cowboy. Bukan pula negaranya para mafia.***

Saturday, January 27, 2007

Banyak Senjata Illegal Beredar di Poso

POSO – Sekretaris Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Agustadi SP, pecan ini di Poso, Sulawesi Tengah menyatakan banyak senjata illegal beredar di masyarakat. Rabu kemarin dalam kunjungan di Poso, Agustadi sempat meninjau lokasi tempat terjadinya baku tembak anggota Polisi dengan kelompok bersenjata saat patroli dan penyergapan kelompok bersenjata di Gebangrejo, Poso Kota. Pemerintah, menurutnya mendukung upaya Polisi tersebut.

Agustadi menyatakan operasi kemanan yang dilakukan Polisi, Senin (22/1), sudah tepat. Bahkan kata dia, upaya penegakan hukum dalam bentuk operasi pasukan ini, adalah jalan akhir setelah buntunya jalan persuasif yang dibuka aparat kepolisian.

"Operasi penegakan hukum kemarin sudah prosedural. Operasi ini juga telah di koordinasikan dengan Menko Polhukam," kata Agustadi.

Dalam kesempatan itu, dia juga menegaskan bahwa operasi keamanan di Poso masih sepenuhnya menjadi wewenang pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. "Masalah Poso tetap menjadi wewenang teritorial Polda setempat," ujar Sesmenko Polhukam ini.

Di lain pihak, ia menyayangkan sikap masyarakat yang kurang terbuka kepada Polisi. Mestinya, masyarakat membantu memberikan informasi kepada Polisi terkait upaya penegakan hukum. Bahkan Agustadi menyayangkan banyaknya senjata illegal yang beredar di masyarakat.

Kapolda Brigjen Badrodin Haiti berkomentar bahwa mereka yang terlibat di lapangan, kemungkinan besar dimobilisasi oleh para DPO dan pihak-pihak lain. Sejauh mana keterlibatan mereka, itulah yang menjadi pokok penyidikan Polisi. ***

Thursday, January 25, 2007

Pasca Baku Tembak, Banyak Warga Dilaporkan Hilang

POSO- Sejumlah warga sipil masih dinyatakan hilang oleh pihak keluarganya masing-masing sampai Kamis (25/1). Lantaran belum diketahuinya keberadaan mereka pasca terjadinya baku tembak polisi dengan kelompok bersenjata Senin (22/1) lalu. Rata-rata mereka menduga, keluarga mereka menjadi korban salah tangkap Polisi karena dianggap ikut membantu kelompok bersenjata.

Salah seorang warga Kayamanya, Jum menyatakan bahwa hingga kini anaknya yangt bernama Aco (19) belum diketahui keberadaannya. "Saya dengar ada di Polda, tapi kenapa, apa salahnya?” sebut Jum.

Jum sekarang berharap-harap cemas, sebab sampai Kamis ini Aco belum juga pulang. Apalagi ada yang menakutinya dan mengatakan anaknya ditahan karena terlibat mendukung kelompok bersenjata yang baku tembak dengan Polisi. Menurutnya, saat itu, anaknya permisi untuk sembahyang. Setelah itu, ia tidak mendengar kabarnya lagi.

Saman (42), warga Kelurahan Tegalrejo juga menuturkan hal serupa. "Anak saya juga belum ditahu nasibnya sekarang. Katanya ditahan Polisi. Tapi salah apa dia. Dia waktu itu ke Tanah Runtuh cuma kerja buruh bangunan. Dia Salah apa? Dia kan bukan DPO apalagi ikut-ikut kelompok itu,” tukas Saman.

Jum dan Saman tidak sendiri. Di Kelurahan Gebang Rejo ada enam warga yang dilaporkan hilang. Salah satunya adalah Haji Rois, warga Jalan Pulau Madura. Ia hilang dengan anak buahnya sebanyak empat orang. Rois sendiri adalah pengusaha pengumpul besi tua dan plastik. Saat terjadi baku tembak mereka terjebak dalam rumah. Ketika diminta keluar, mereka ketakutan karena bunyi salakan senjata sudah terdengar beruntun.

“Saya juga sudah ditangkap. Saya sempat diikat tangan saya ke belakang. Lalu difoto dan ditaruh senjata rakitan di perut saya. Padahal itu bukan milik saya. Saya tidak tahu dari mana,” aku Ulul Albab, putra Haji Rois yang kemudian dilepas Polisi.

Ia dilepaskan karena saat terjadi tembak-tembakan diketahui tidak berada di lokasi tersebut.

Enam warga Gebangrejo yang kini dinyatakan hilang adalah Haji Rois, Hartono, Abdul wahab, Bahaudin, dan Sobirin. Kelima orang itu, sehari-harinya bekerja sebagai pengumpul botol bekas dan besi tua.

Sementara itu, dari data Kepolisian diketahui beberapa dari mereka yang kini dinyatakan hilang ternyata ditahan di Polda Sulteng. Mereka diduga terkait dengan kelompok bersenjata yang baku tembak dengan Polisi.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng menyatakan bahwa mereka sementara diperiksa. Jika tidak terbukti sebagai bagian dari kelompok bersenjata akan segera dilepaskan.***

--------------------------------------------------------------------------------
Daftar 23 Warga yang ditahan di Polda Sulteng
--------------------------------------------------------------------------------
1. Rahmad Duslan (21) asal Kayamanya
2. Wikra wardana alias Aco (19) asal Kayamanya
3. Mardiyanto alias Didi (20) Moengko lama
4. Jufri (20) asal Moengko Baru
5. Ibnu (24) asal Gebangrejo
6. Herwadi (19) asal Gebangrejo
7. Muhirin ( 28) asal Tambarana
8. Indra Setiawan (16) asal Poso Pesisir
9. Hafid (20) asal Kayamanya
10. Mansyur alias Miting (23) asal Tegalrejo
11. Arman alias Man (17) asal Kayamanya
12. Suhardi (20) asal Tegalrejo
13. Ahmad alias Mat (24) asal Tegalrejo
14. Abdul Wahab alias Dul (20) asal Gebangrejo
15. Suhartono (21) asal Gebangrejo
16. H. Rois (46) asal Gebangrejo
17. Muh. Bahaudin (23) asal Gebangrejo
18. Sabirin (24) asal Gebangrejo
19. Iwan Hartono (22) asal Gebangrejo
20. Anto (17) asal Gebangrejo
21. Tugiran (DPO) (25) asal Gebangrejo
22. Wiwin Kalahe alias Tomo DPO (22) asal Kasintuwu
23. Rasiman (29) asal Gebangrejo
--------------------------------------------------------------------------------

Banyak Senjata Illegal Beredar di Poso

POSO – Sekretaris Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Agustadi SP, Rabu (24/1) di Poso, Sulawesi Tengah menyatakan banyak senjata illegal beredar di masyarakat. Rabu kemarin dalam kunjungan di Poso, Agustadi sempat meninjau lokasi tempat terjadinya baku tembak anggota Polisi dengan kelompok bersenjata saat patroli dan penyergapan kelompok bersenjata di Gebangrejo, Poso Kota. Pemerintah, menurutnya mendukung upaya Polisi tersebut.

Agustadi menyatakan operasi kemanan yang dilakukan Polisi, Senin (22/1), sudah tepat. Bahkan kata dia, upaya penegakan hukum dalam bentuk operasi pasukan ini, adalah jalan akhir setelah buntunya jalan persuasif yang dibuka aparat kepolisian.

"Operasi penegakan hukum kemarin sudah prosedural. Operasi ini juga telah di koordinasikan dengan Menko Polhukam," kata Agustadi.

Dalam kesempatan itu, dia juga menegaskan bahwa operasi keamanan di Poso masih sepenuhnya menjadi wewenang pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. "Masalah Poso tetap menjadi wewenang teritorial Polda setempat," ujar Sesmenko Polhukam ini.

Di lain pihak, ia menyayangkan sikap masyarakat yang kurang terbuka kepada Polisi. Mestinya, masyarakat membantu memberikan informasi kepada Polisi terkait upaya penegakan hukum. Bahkan Agustadi menyayangkan banyaknya senjata illegal yang beredar di masyarakat.

Kapolda Brigjen Badrodin Haiti berkomentar bahwa mereka yang terlibat di lapangan, kemungkinan besar dimobilisasi oleh para DPO dan pihak-pihak lain. Sejauh mana keterlibatan mereka, itulah yang menjadi pokok penyidikan Polisi. ***

Polisi Masih Buru 15 DPO Teroris Poso

Poso - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan bahwa 13 warga poso yang tewas saat baku tembak kelompok dengan bersenjata dengan Polisi melanggar Undang-Undang Terorisme. Polisi sampai kini masih memburu 15 dari 29 kelompok bersenjata yang sudah tercatat dalam DPO Mabes Polri sebelumnya. Sementara dua DPO dipastikan tewas. Selain itu di antaranya ada yang sudah menyerahkan diri.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Muhammad Kilat.menyatakan bahwa 13 warga poso yang tewas dalam baku tembak dengan Polisi, Senin (22/1) lalu melanggar Undang-Undang Terorisme dan Undang-Undang Darurat tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Mereka bukan warga sipil biasa. Mereka diduga kuat merupakan bagian dari kelompok DPO mabes polri yang kini masih diburu aparat kepolisian. Sementara, ada di antara mereka yang memilih menyerahkan diri.

Sebelumnya, Mabes Polri sudah mengeluarkan daftar 29 tersangka terorisme yang masuk dalam kelompok Tanah Runtuh dan kelompok Kayamanya. Dari 29 tersebut kini polisi tinggal mengejar 15 orang di antaranya. Dua DPO yakni Dedi Parsan dan Tengku Firzan alias Icang dipastikan tewas dalam baku tembak dengan polisi, Kamis (11/1) dan Senin (22/1).

“Kita tetap melakukan upaya persuasif untuk para DPO itu. Sebaiknya mereka menyerahkan diri sebelum Polisi melakukan upaya paksa,” kata Kilat.

Kilat juga memastikan bahwa para DPO itu masih berada di dalam Kota Poso. Diduga mereka masih bersembunyi di beberapa wilayah dalam kota dan rumah-rumah warga setempat.***

Berikut nama-nama DPO yang telah tewas dan ditahan di Mabes Polri dan Polda Sulteng:

Tewas:
1. Dedi Parsan
2. Tengku Firzan alias Icang

Yang ditahan:
1. Wiwin Kalahe alias Tomo (20)
2. Tugiran (25)
3. Upik Tarakan
4. Hasanudin,
5. Abdul Haris
6. Irwanto Iriano
7. Poniran alias Andi Ipong
8. Rahmat
9. Sudirman alais Opo.
10. Fadli Barsalim alias Opo
11. Yusman Said alias Budi
12. Anang
13. Sarjono
14. Abdul Muis

Yang masih diburu antara lain
1. Basri
2. Agus jenggot alias Boiren,
3. Iwan Asapa alias Ale
4. Iin alias Brur
5 .Amril Ngiode alias Aat
6. Yasin Lakita
7. Ai Lakita
8. Mujadib Brekele

Tuesday, January 23, 2007

Polisi Masih Buru 18 DPO Teroris Poso

Poso - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan bahwa 13 warga poso yang tewas saat baku tembak kelompok dengan bersenjata dengan Polisi melanggar Undang-Undang Terorisme. Polisi sampai kini masih memburu 18 dari 29 kelompok bersenjata yang sudah tercatat dalam DPO Mabes Polri sebelumnya. Sementara dua DPO dipastikan tewas. Selain itu di antaranya ada yang sudah menyerahkan diri.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Muhammad Kilat.menyatakan bahwa 13 warga poso yang tewas dalam baku tembak dengan Polisi, Senin (22/1) lalu melanggar Undang-Undang Terorisme dan Undang-Undang Darurat tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Mereka bukan warga sipil biasa. Mereka diduga kuat merupakan bagian dari kelompok DPO mabes polri yang kini masih diburu aparat kepolisian. Sementara, ada di antara mereka yang memilih menyerahkan diri.

Sebelumnya, Mabes Polri sudah mengeluarkan daftar 29 tersangka terorisme yang masuk dalam kelompok Tanah Runtuh dan kelompok Kayamanya. Dari 29 tersebut kini polisi tinggal mengejar 18 orang di antaranya. Dua DPO yakni Dedi Parsan dan Tengku Firzan alias Icang dipastikan tewas dalam baku tembak dengan polisi, Kamis (11/1) dan Senin (22/1).

“Kita tetap melakukan upaya persuasif untuk para DPO itu. Sebaiknya mereka menyerahkan diri sebelum Polisi melakukan upaya paksa,” kata Kilat.

Kilat juga memastikan bahwa para DPO itu masih berada di dalam Kota Poso. Diduga mereka masih bersembunyi di beberapa wilayah dalam kota dan rumah-rumah warga setempat.***

Berikut nama-nama DPO yang telah tewas dan ditahan di Mabes Polri dan Polda Sulteng:

Tewas:
1. Dedi Parsan
2. Tengku Firzan alias Icang

Yang ditahan:
1. Wiwin Kalahe alias Tomo (20)
2. Tugiran (25)
3. Upik Tarakan
4. Hasanudin,
5. Abdul Haris
6. Irwanto Iriano
7. Poniran alias Andi Ipong
8. Yusuf Asapa
9. Rahmat
10. Sudirman alais Opo.
11. Fadli Barsalim alias Opo
12. Yusman Said alias Budi
13. Syakur
14. Farid Ma’ruf
15. Yusman Sahad
16. Iswandi Maraf
17. Rusli Tawil
18. Ifet.
19. Nanto alias Bojel

Yang masih diburu:
1. Basri
2. Agus jenggot alias Boiren,
3. Iwan Asapa alias Ale
4. Ardin alias Rojak
5. Iin alias Brur
6 .Amril Ngiode alias Aat
7. Kholik Syafaat alias Rusdi
8. Sanusi
9. Hamdara Tamil
10. Anang, Nasir
11. Ateng Mardjo
12. Yasin Lakita
13. Sarjono
14. Ai Lakita
15 Wahono
16. Rijal, dan Alex
17. Zulkifli
18. Mujadib Brekele.

Kapolda Sulteng: Tiga Belas Korban Tewas di Poso Langgar UU Terorisme

POSO – Dua hari pasca baku tembak Polisi dengan kelompok bersenjata, korban jiwa dan luka yang jatuh terus bertambah. Untuk korban pihak sipil, jumlah pastinya masih simpang siur. Versi masyarakat menyebutkan, korban tewas mencapai 20-an orang lebih. Versi polisi menyatakan Rabu (23/1), korban yang tewas di pihak sipil baru 13 orang. Demikian pula korban di pihak polisi, sampai dengan kemarin telah bertambah menjadi tujuh orang.

Ketujuh polisi yang menjadi korban baku tembak Senin (22/1), adalah Bripda Rony Iskandar (meninggal), Ipda Maslikan (luka tembak di paha kanan), Bripda I Wayan Pande (lika tembak di pantat), Bripda Abd. Wahid (memar di dada), Brigadir Cosmas (luka tembak pada tangan kanan), Aipda Arnol (patah tangan kiri), dan Bripda Dudung Hardi
(terkena serpihan bom).

Untuk mengetahui, siapa kelompok sipil yang telah tewas dalam kontak tembak Senin lalu itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng) membeber sejumlah kasus yang membelit beberapa orang sipil (diantaranya DPO, red) yang menjadi korban dalam baku tembak Senin, 22/1, termasuk saat gelar operasi Kamis, 11/1 pekan lalu.

Kapolda Sulteng Brigjen Badrodin Haiti menyatakan semua korban tewas dalam dua kali operasi telah memiliki bukti-bukti kuat, bahwa mereka memang terlibat dalam kasus kriminal di wilayah Sulteng, terutama di Palu dan Poso.

Dalam operasi Senin (22/1), tercatat ada 13 korban meninggal dunia-versi polisi, dan 25 orang dibekuk hidup-hidup. Ke- 13 korban tewas itu rinci Kabid Humas Polda Sulteng adalah, Tengku firsan alias Icang (DPO/terlibat dalam kasus bom pasar sentral Poso 2005), Ridwan Sinman alias Duan (kasus Bom senter Kawua), Firman Kayamanya (kasus melakukan teror), Nurgam alias Om Gam (ahli pembuat bom), Idrus (suplai senpi dan bom), Totok, Yusuf, Muh. Syahrial alias Andrias, Afrianto alias Mumin, Hiban (intimidasi dan teror kepada masyarakat, sembunyikan DPO), Huma (perakit bom), Sudarsono (anggota kelompok perakit bom), dan, Ridwan Wahab alias Gunawan (kuasai bom).

Ke-13 orang yang tewas itu menurut Polisi secara yuridis melanggar UU No 15 Tahun Tahun 2003 tentang Terorisme dan UU Darurat No 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan Peledak. Mereka pada saat kejadian tertangkap tangan menguasai dan menggunakan senpi dan bahan peledak di luar kewenangannya.

Selain adanya korban jiwa, Kata Badrodin. operasi Senin kemarin itu juga berhasil membekuk hidup-hidup 2 DPO, yaitu Wiwin Kalahe dan Tugiran. Dari penyidikan sementara terhadap dua DPO tersebut terungkap beberapa kasus kriminal yang melibatkan mereka. Diantaranya kasus penembakan terhadap Ivon dan Siti tahun 2005, penembakan Ny. Helmi Tombulung tahun 2005, dan penembakan seorang warga nasrani di kebun coklat Kelurahan Sayo tahun 2005.

Dari Wiwin diperoleh juga keterangan penembakan dosen Untad Ir Puji Sulaksono, pelakunya Umang dan Kana, penembakan Briptu Agus Sulaiman tahun 2005 oleh Enal Tao, dan penembakan Sugito oleh Enal Tao tahun 2005.***

Monday, January 22, 2007

Korban Baku Tembak Polisi dan Kelompok Bersenjata di Poso, Senin, 22 Januari 2007

A. Polisi

Tewas:
1. Briptu Ronny Iskandar tertembak di kepala
Luka-luka:
1. Ipda Maslikan dengan luka tembak di paha kanan
2. Bripda I Wayan Pande luka tembak pantat kiri
3. Bripda Abdul Wahid luka tembak punggung kanan
4. Brigadir Cosmas luka tembak tangan kanan
5. Aipda Arnold tangan kiri patah
6. Bripda Dudung tekena serpihan bom di tangan kiri

Warga Poso

Tewas
1. Icang alias Tengku (DPO)
2. Firman (16)
3. Idrus
4. Totok
5. Yusuf
6. Muhammad Syafri
7. Afiranto alias munif
8. Huma
9. Nugram alias Om Gam
10. Firzan
11. Belum diketahui namanya

Luka-luka:
1. Paijo (35) tukang ojek
2. Kusno (40) tukang becak

Warga yang tertangkap
1. Rahmat alias Mat
2. Wikra Wardana alias Ucok
3. Mardiyanto alias Didi
4. Jupri
5. Ibnu
6. Herwadi
7. Muhrin
8. Indra Setyawan
9. Hafid
10. Mansur
11. Arman alias Man
12. Suhardi
13. Ahmad alias Mad
14. Abdul Wahab alias Dul
15. Suhartono
16. H Rois
17. Muh Bahauddin
18. Sabirin
19. iwan Hartono
20. Tugiran (DPO)
21. Wiwin Kalahe alias Tomo (DPO)
22. Rasiman
23. Ridwan Sinman alias Iwan
24. Anto

Barang Bukti yang disita dari warga:
25 pucuk senjata api (4 pucuk M-16, SKS, US Caraben, revolver S&W dan 21 pucuk senpi rakitan)
21 bom rakitan aktif
406 Detonator
3.489 butir amunisi
33 magazen
Dan sejumlah peralatan bom

Sumber: Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan masyarakat

Baku Tembak di Poso, 10 Tewas dan Lima Luka-luka

Poso - Akibat aksi baku tembak kelompok DPO dan pendukungnya dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Sulteng, Senin (22/1) di Poso mengakibatkan 10 orang tewas, satu Polisi dan sembilan warga sipil. Warga sipil tewas diidentifikasi sebagai anggota jaringan Mujahiddin Kayamanya dan Tanah Runtuh.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Komisaris Besar Polisi I Nyoman Sindra membenarkan baku tembak yang terjadi antara kelompok DPO dan Polisi di Poso.

Sindra menyatakan bahwa Polisi sudah melakukan tindakan prosedural. Sebelumnya sudah diimbau agar mereka segera menyerahkan diri, namun tidak diindahkan. Karena upaya paksa kemudian dilakukan.

Dari sembilan kelompok Mujahiddin yang tewas, tiga orang di antaranya adalah Mahmud, Idrus dan Yakub. Sementara Polisi yang tewas adalah Brigadir Polisi Satu (Anumerta) Rony Iskandar sudah diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng. Anggota Brimob BKO dari Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat itu besok akan diberangkatkan ke Jakarta. Sementara Ipda Maskilan yang tertembak di paha kiri sementara ini masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng.

Dua warga sipil yang luka-luka antara lain adalah Kusno (35) seorang penjual bakso dan Paijo (40), seorang tukang ojek. Warga sipil yang ditembak ini merupakan korban salah sasaran. Keduanya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Polisi yang terluka sampai saat ini dilaporkan tiga orang.

Sementara itu, situasi Kota Poso saat ini tegang. Warga tidak berani keluar rumah. Polisi terlihat bersiaga di sejumlah titik-titik rawan.***

Sunday, January 21, 2007

Penangkapan Teroris di Poso, Dua Polisi dan Dua Warga Tewas

Poso – Penyergapan DPO Teroris di Poso, Senin (22/1) sejak pukul 07.00 WITA hingga siang hari ini, oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Sulteng berakhir dengan baku tembak. Akibat baku tembak itu di Jalan Pulau Irian, Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota itu, empat dilaporkan tewas. Dua orang Polisi dan dua orang warga sipil yang diidentifikasi sebagai kelompok Mujahiddin Tanah Runtuh.

Seorang Polisi yang tewas berasal dari Densus 88 diketahui bernama Brigadir Polisi Dua Rony. Ia tewas tertembak di kepala. Seorang Polisi lainnya belum diketahui. Adapun warga sipil yang diketahui tewas adalah Om Gam dan Ustadz Mahmud. Keduanya adalah warga Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota.

Selain korban tewas, seorang Polisi dan dua warga sipil lainnya terluka akibat tembakan. Mereka adalah Inspektur Polisi Dua Maslikan, dan dua warga sipil yakin Kusno (35) seorang penjual bakso dan Paijo (40), seorang tukang ojek. Warga sipil yang ditembak ini merupakan korban salah sasaran. Keduanya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Poso.

Saat ini, situasi Kota Poso menegangkan. Aktivitas di Pasar Sentral Poso terhenti. Banyak pedagang memilih menutup took dan lapak-lapaknya. Sementara sebagian besar kantor pemerintahan mulai sepi, karena para Pegawai Negeri Sipil (PNS) memilih pulang untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan. ***

Friday, January 19, 2007

Sehari, Kota Poso Diguncang Tiga Ledakan

Poso - Teror belum belum juga berhenti. Kamis (18/1) sejak pagi hingga malam tiga kali ledakan mengguncang Kota Poso, Sulawesi Tengah. Polisi menduga pelakunya adalah tersangka teroris yang sudah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang Mabes Polri.

Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 09.15 WITA di belakang Bank Sulteng, Jalan Pulau Sumbawa. Bom tersebut meledak di dalam saluran air. Dari penyisiran yang dilakukan Tim Forensik Polda Sulteng ditemukan Kalium Klorat dengan wadah dari botol air minum air mineral.

Iwan Ahmad, warga setempat menuturkan suara ledakan terdengar cukup keras. Suaranya terdengar hingga radius 1 kilometer.

"Untungnya tidak ada orang di sekitar tempat kejadian. Kalau ada mungkin akan ada lagi korban jiwa," kata Iwan.

Usai itu, sekitar pukul 18.00 WITA, sebuah bom molotov dilemparkan dua pengendara motor ke arah Gereja Eklesia, Poso Kota. Anggota Brimob yang berjaga di pos tersebut tidak berhasil mengejar pelaku karena mereka tidak berkendaraan.

Rupanya, para pembom belum puas. Sekitar pukul 23.00 WITA, mereka kembali mengulangi aksinya. Sebuah bom molotov kembali dilemparkan ke Gereja Eklesia. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun kerusakan berarti akibat tiga peledakan bom itu.

Kapolres Poso AKBP Rudi Sufahriadi menyatakan pelaku peledakan bom ini sudah teridentifikasi.

"Mereka adalah DPO Mabes Polri. Selain untuk menebarkan teror mereka juga coba mematahkan nyali anggota Polri yang bertugas di Poso," demikian Rudi.***

Tuesday, January 16, 2007

Pemilik Senjata Illegal akan Ditembak Mati

Poso – Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah segera mengeluarkan maklumat tembak di tempat bagi warga Poso yang memiliki senjata tanpa kewenangan. Pernyataan ini disampaikan Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti menyusul baku tembak antara kelompok mujahiddin dengan anggota Brimob, Senin (15/1) sore hingga Selasa (16/1) dinihari tadi.

Kapolda Badrodin menyatakan keprihatinannya atas masih banyaknya senjata-senjata api baik rakitan maupun organik yang dimiliki oleh warga Poso yang memicu aksi-aksi kekerasan bersenjata. Padahal selama ini, pihak kepolisian sudah mengimbau warga Poso untuk menyerahkan senjata api, amunisi dan bahan peledak yang mereka miliki secara illegal.

Hal itu dimaksudkan untuk memperkecil aksi kekerasan di Poso dan juga memperkecil ruang gerak bagi pelaku terorisme. Selama ini dari penyitaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, warga Poso diketahui memiliki senjata api rakitan dan organik dari berbagai jenis, semisal M-16, SKS, Senapan Serbu dan US Thompson.

Dari penyelusuran intelijen jalur masuknya senjata-senjata illegal itu ke Poso selain dari dalam negeri juga didapat dari Philipina. Diduga senjata-senjata itu dipasok oleh militan Moro didistribusi ke Poso melalui Sangir Talaud, Bitung, Manado di Sulawesi Utara lalu melalui jalur Pantai Utara Parigi Moutong hingga ke Poso, Sulawesi Tengah.

Badrodin menyatakan pula bahwa sebagian pelaku terorisme di Poso adalah lulusan Akademi Militer Afganistan. Sebagian besar di antara mereka berasal dari luar Poso dan Sulawesi.

“Mereka ini yang kita identifikasi memprovokasi warga Poso untuk melawan hukum, melakukan peledakan bom dan penembakan-penembakan,” demikian Badrodin.

Sementara terkait dengan Ustad Ryan alias Santoso yang tertembak mati pada Kamis (11/1) lalu dalam penyergapan DPO Mabes Polri di Jalan Pulau Jawa II, Poso, Ia menyatakan bahwa korban adalah salah seorang pentolan Jamaah Islamiyah. Ustadz Ryan pernah memerintahkan untuk membuat 15 bom yang akan diledakkan di Poso. Pada saat penyergapan Kamis lalu, ia pun terlihat memegang dan akan melemparkan bom, karenanya ia ditembak.***

Situasi Poso Mencekam, Sekolah dan Pasar Tutup

Poso - Mencekamnya situasi Kota Poso, Sulawesi Tengah, sejak Senin malam hingga Rabu akibat baku tembaknya kelompok mujahiddin dengan aparat Brimob, membuat warga kota poso ketakutan. Sekolah-sekolah diliburkan, took-toko di pasar pun sebagian besar ditutup.

Sebagian besar warga lebih memilih berdiam diri di rumah, karena khawatir. Sementara Polisi besenjata lengkap dan menggunakan rompi antipeluru berjaga-jaga di beberapa titik rawan di dalam Kota Poso. Ketegangan ini menyusul baku tembaknya mujahiddin dan aparat Brimob di Jalan Pulau Irian pada Senin sore hingga Selasa lalu.

Kepala SDN No 17 Poso Haeriah Tanua menyatakan sekolah diliburkan atas permintaan orang tua. Mereka khawatir anak-anaknya terkena peluru nyasar, baik dari kelompok mujahiddin maupun polisi.

“Orang tua takut anaknya menjadi korban salah tembak atau apa. Makanya mereka meminta sekolah diliburkan sampai mereka merasa aman,” kata

Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Poso, Selasa siang mengadakan rapat dengar pendapat dengan Kepala Kepolisian Resor AKBP Rudi Sufahriadi. Serta Bupati Poso Piet Ingkiriwang. Mereka meminta agar untuk sementara operasi Polisi dihentikan agar tidak ada lagi korban jiwa yang jatuh.

Namun Kapolres Poso menyatakan bahwa yang mereka lakukan adalah penegakan hukum. Targetnya adalah para tersangka terorisme utamanya 18 orang DPO Mabes Polri.

“Yang kami minta adalah kerjasama dari masyarakat, karena aksi-aksi pelaku kekerasan itu selama ini sudah mengganggu keamanan dan kedamaian di Poso,” tandas Rudi.***

Monday, January 15, 2007

Kelompok Mujahidin Tembak Menembak dengan Brimob

Poso - Kota Poso, Sulawesi Tengah kembali memanas. Menyusul tertangkapnya enam orang dan ditembak matinya dua tersangka terorisme di Poso oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror dalam sebuah penyergapan ketakutan masih saja mencekam warga Kota Poso. Senin (15/1) sore hingga Selasa (16/1) dinihari tembak menembak antara Satuan Brimob dan kelompok Mujahiddin Kayamanya kembali terjadi. Namun tidak ada korban dalam aksi tembak menembak itu.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti menyatakan bahwa warga yang diduga digerakan oleh sejumlah tersangka terorisme yang sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Mabes Polri menghadang patroli Polisi di Jalan Irian Jaya, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota.

“Mereka melakukan penghadangan patroli Polisi dengan memasang barikade di jalan-jalan yang akan dilalui. Mereka juga melakukan pelemparan dan penembakan yang dibalas oleh anggota sebagai tindakan bela diri,” jelas Badrodin.

Badrodin juga menyampaikan bahwa Polisi sampai kini masih terus mengejar 18 orang tersangka terorisme yang sudah dimasukkan dalam DPO Mabes Polri.


Patroli Polisi yang sebagian besarnya berasal dari Satuan Brimob dengan menggunakan baracuda, kendaraan taktis lapis baja berhasil membersihkan barikade yang dibuat warga. Namun warga terus melakukan perlawanan dengan melempar dan menembak.

Dari kesaksian Ahmad, warga Kelurahan Gebangrejo suasana benar-benar mencekam sejak Senin sore hingga Selasa dinihari. Lampu-lampu jalan sengaja dimatikan. Sementara suara tembak-menembak terus terdengar.

“Saya sempat melihat ada warga yang menenteng senjata laras panjang, kemungkinan M-16. Meski kalah jauh dengan patroli Polisi mereka berhasil memukul mundur aparat sampai ke depan Pasar Sentral Poso,” tuturnya.

Sementara itu, suasana Selasa pagi kembali normal. Aktivitas ekonomi di Pasar Sentral Poso kembali seperti biasanya. Lalu lintas pun kembali ramai, seperti tidak terjadi sesuatu.***

Saturday, January 13, 2007

Dua DPO Terorisme Diduga Pelaku Bom Betalembah

Palu – Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menyatakan sudah mengetahui identitas dua pelaku peledakan bom di jalan raya, poros Poso-Napu pada Rabu (27/12) lalu. Saat ini tersangka yang identitasnya dirahasiakan terus diburu aparat gabungan. '' Ada dua pelakunya. Saat ini dalam pencarian aparat,'' kata Kapolda Brigjen Pol Badrodin Haiti, Rabu (3/12).

Kapolda menjelaskan, bom yang meledak di pinggir jalan tepatnya di Desa Betalembah itu, merupakan aksi teror oleh pelaku yang tidak menginginkan kedamaian. Kebetulan di Desa Tangkura malam itu ada rencana kegiatan dero. Karena ketatnya penjagaan, kuat dugaan bom tersebut diletakkan pelaku di sembarang tempat.

Kapolda tidak bersedia membeber identitas lengkap dua pelaku yang sudah diidentifikasi tersebut dengan alasan masih dalam penyelidikan. Namun bocoran diperoleh koran ini, kedua pelakunya masih ada kaitannya dengan para pelaku yang masuk daftar pencarian orang (DPO). Polisi juga menduga sebagian rangkaian bom tersebut bahan bakunya diperoleh dari Palu seperti timer (jam).

Sekadar diketahui, bom meledak di Desa Betalemba Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Rabu (27/12) sekitar pukul 22. 00 Wita. Ledakan yang terjadi persis di pinggir jalan raya jurusan Poso-Napu (20 km dari kota Poso, red), tepatnya di depan rumah Albert Gariwo itu, sempat membuat warga desa Betalemba panik.

Pasalnya, suara bom yang menggelegar terdengar hingga radius puluhan meter. Apalagi saat itu, sebagian penduduk desa telah lelap dalam tidur, karena kondisi desa yang sedang diguyur hujan dan mati lampu.

Saat itu, dari hasil penyisiran tim jihandak yang di BKO-kan di Poso ditemukan 2 (dua) buah bom rakitan aktif lain yang terletak tidak jauh dari lokasi ledakan pertama. Yakni sekitar 15 meter dari TKP. Tim jihandak tak mau ambil risiko dan kemudian meledakan (men-disposal) kedua bom tersebut di TKP.

Dari olah TKP, polisi menemukan sejumlah barang bukti serpihan bom berupa, casing yang terbuat dari kaleng cat Avian, potongan besi, serta serpihan baterai. Namun polisi menyebutnya bom tersebut masuk kategori low explosive atau berdaya ledak rendah.***

Buntut Penyergapan Teroris, Seorang Polisi Tewas Dikeroyok

Poso – Jenazah Brigadir Polisi Satu Dedi Henra, Jumat (12/1/2006) pukul 07.15 WITA pagi ini diberangkat ke Jakarta dari Bandara Mutiara Palu dengan menumpang pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air. Briptu Dedi adalah korban pengeroyokan ratusan warga di Lawanga, Poso Kota, Sulawesi Tengah.

Nasib Brigadir Polisi Satu Dedi Hendra (21) memang malang . Ia tewas dengan luka-luka di kepala akibat dikeroyok warga yang mengantar jenazah Ustadz Ryan ke Pemakaman Islam Lawanga, Poso Kota, Sulawesi Tengah, Kamis (11/1/2006) sekitar pukul 12.00 WITA. Ustadz Ryan sendiri adalah warga yang menjadi korban salah tembak tim Detasemen Khusus 88 Antiteror yang melakukan penyergapan di Jalan Pulau Jawa II, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota Kamis pagi kemarin.

Saat itu Dedi bersama kekasihnya mengendarai motor Yamaha RX King dari arah Kelurahan Tegalrejo kea rah Lawanga, Poso Kota. Tak dinyana, ia berpapasan dengan ratusan warga yang mengantar jenazah Ustad Ryan. Meski berpakaian preman, warga mengenali Dedi dari sepeda motor dinas Polri yang dikendarainya. Ia pun menjadi sasaran kemarahan warga. Ia dikeroyok ratusan warga hingga tewas di tempat kejadian.

Aksi ini merupakan buntut dari penyergapan di rumah Basri, salah seorang buronan kasus terorisme di Poso. Saat itu, Polisi salah tembak. Ustadz Ryan yang berada di sekitar lokasi kejadian sebelumnya sudah dilarang untuk mendekati tempat itu, namun ia keluar. Akhirnya ia pun tewas tertembak. Nah, warga yang marah itulah yang kemudian mengeroyok Dedi.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Badroddin Haiti menyatakan sampai saat ini belum ada satu pun yang diperiksa terkait pengeroyokan yang menewaskan anggota Polres Poso tersebut.

“Namun, kami sudah mengidentifikasi kelompok mereka. Kita masih akan melakukan penyelidikan terkait hal itu,” kata Badrodin.

Tentu saja, Dedi tidak akan pernah menyangka nasibnya akan seburuk itu. Ia baru bertugas delapan bulan lamanya di Poso. Ia sebelumnya ditugaskan di Kepolisian Daerah Jawa Barat. Mereka sebelumnya dikirim sebagai personil Bawah Kendali Operasi (BKO) Polres Poso. Saat itu, Kapolda Sulteng Brigjen Oegroseno berencana membentuk Kepolisian Resor Khusus di Poso. Namun sebelum Polresus terbentuk mereka ditempatkan di sejumlah pos kepolisian masyarakat (polmas).

Jumat pagi pukul 07.15 WITA, jenazah Dedi diterbangkan dengan menumpang pesawat komersil Lion Air menuju Bandara Cengkareng dan selanjutnya akan dibawa ke rumah duka di tanah kelahirannya di Garut, Jawa Barat.

Akibat kejadian itu, Kapolda Badrodin langsung memerintahkan penarikan seluruh anggota Polmas dari sekitar 60 pos di seluruh wilayah Kota Poso untuk menghindari bentrokan serupa.***

TNI vs Polisi, Dua Luka-luka

Poso – Kasus perkelahian antara anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian terulang lagi di Poso. Jumat (12/1/2007) sekitar pukul 21.30 WITA, sekitar tujuh orang anggota TNI Angkatan Darat dari Batalyon 714 Sintuvu Maroso dan Batalyon Zeni Tempur Kodam VII Wirabuana menyerang pos Polisi Masyarakat di Sepe Silanca, Kecamatan Malei Lage. Akibat penyerangan itu, dua anggota Polisi dari Kepolisian Resort Poso terluka.

Kepala Kepolisian Resor Poso Ajun Komisaris Besar Polisi Rudi Sufahriadi membenarkan adanya kejadian itu.

“Kami sementara menyelidiki apa pokok masalahnya hingga terjadinya penyerangan itu,” kata Rudi.

Dari keterangan yang dikumpulkan, penyerangan ini merupakan buntut perkelahian serupa pada Kamis (11/1/2006) di Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Dari sumber di Kodim 1307 Poso didapat keterangan bahwa Kamis sore sekitar pukul 17.30 WITA, dua anggota Zipur mendatangi seorang anggota Polisi di pos Polmas Tangkura. Rupanya, sang anggota Zipur mendapat laporan jika teman wanitanya diganggu oleh anggota Polisi yang bertugas di sana . Tanpa mengecek lagi, anggota Zipur tadi memukuli anggota Polisi di pos tersebut.

Lalu pada malam harinya, sejumlah Polisi mendatangi pos anggota Zipur yang tengah membangun Rumah Tinggal Sementara (RTS) di Tangkura. Mereka balas menyerang.

Sampai kemudian pada Jumat malam dengan bersenjata sangkur sekitar tujuh anggota TNI AD mendatangi Pos Polmas Silanca dan menyerang dua anggota Polisi yang bertugas di sana . Akibatnya dua anggota Polisi terluka. Mereka adalah Brigadir Polisi Dua Ahmad dan Andri Gani.

Sementara itu, situasi Kota Poso saat ini dalam keadaan tenang. Tidak ada konsentrasi aparat TNI maupun Polisi. Sebab sebelumnya koordinasi antarkesatuan
sudah dilakukan antara Polres Poso dan Kodim 1307 Poso.***

Thursday, January 11, 2007

Jenazah Briptu Dedi Diterbangkan ke Garut, Jawa Barat

Poso – Jenazah Brigadir Polisi Satu Dedi Henra, Jumat (12/1/2006) pukul 07.15 WITA pagi ini diberangkat ke Jakarta dari Bandara Mutiara Palu dengan menumpang pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air. Briptu Dedi adalah korban pengeroyokan ratusan warga di Lawanga, Poso Kota, Sulawesi Tengah.

Nasib Brigadir Polisi Satu Dedi Hendra (21) memang malang. Ia tewas dengan luka-luka di kepala akibat dikeroyok warga yang mengantar jenazah Ustadz Ryan ke Pemakaman Islam Lawanga, Poso Kota, Sulawesi Tengah, Kamis (11/1/2006) sekitar pukul 12.00 WITA. Ustadz Ryan sendiri adalah warga yang menjadi korban salah tembak tim Detasemen Khusus 88 Antiteror yang melakukan penyergapan di Jalan Pulau Jawa II, Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota Kamis pagi kemarin.

Saat itu Dedi bersama kekasihnya mengendarai motor Yamaha RX King dari arah Kelurahan Tegalrejo kea rah Lawanga, Poso Kota. Tak dinyana, ia berpapasan dengan ratusan warga yang mengantar jenazah Ustad Ryan. Meski berpakaian preman, warga mengenali Dedi dari sepeda motor dinas Polri yang dikendarainya. Ia pun menjadi sasaran kemarahan warga. Ia dikeroyok ratusan warga hingga tewas di tempat kejadian.

Aksi ini merupakan buntut dari penyergapan di rumah Basri, salah seorang buronan kasus terorisme di Poso. Saat itu, Polisi salah tembak. Ustadz Ryan yang berada di sekitar lokasi kejadian sebelumnya sudah dilarang untuk mendekati tempat itu, namun ia keluar. Akhirnya ia pun tewas tertembak. Nah, warga yang marah itulah yang kemudian mengeroyok Dedi.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Badroddin Haiti menyatakan sampai saat ini belum ada satu pun yang diperiksa terkait pengeroyokan yang menewaskan anggota Polres Poso tersebut.

“Namun, kami sudah mengidentifikasi kelompok mereka. Kita masih akan melakukan penyelidikan terkait hal itu,” kata Badrodin.

Tentu saja, Dedi tidak akan pernah menyangka nasibnya akan seburuk itu. Ia baru bertugas delapan bulan lamanya di Poso. Ia sebelumnya ditugaskan di Kepolisian Daerah Jawa Barat. Mereka sebelumnya dikirim sebagai personil Bawah Kendali Operasi (BKO) Polres Poso. Saat itu, Kapolda Sulteng Brigjen Oegroseno berencana membentuk Kepolisian Resor Khusus di Poso. Namun sebelum Polresus terbentuk mereka ditempatkan di sejumlah pos kepolisian masyarakat (polmas).

Jumat pagi pukul 07.15 WITA, jenazah Dedi diterbangkan dengan menumpang pesawat komersil Lion Air menuju Bandara Cengkareng dan selanjutnya akan dibawa ke rumah duka di tanah kelahirannya di Garut, Jawa Barat.

Akibat kejadian itu, Kapolda Badrodin langsung memerintahkan penarikan seluruh anggota Polmas dari sekitar 60 pos di seluruh wilayah Kota Poso untuk menghindari bentrokan serupa.***

Enam Tersangka Teroris Poso Diperiksa Intensif di Polda Sulteng

Palu – Enam orang tersangka teroris yang ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri, Polda Sulteng dan Polres Poso akhirnya dibawa ke markas Polda Sulteng di Jalan Sam Ratulangi, Palu, Sulawesi Tengah. Empat orang dalam keadaan luka-luka dan saat ini tengah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara dengan pengawalan ketat. Sementara dua orang langsung dimasukan ke dalam tahanan Direkorat Reserse dan Kriminal Polda Sulteng.

Mereka yang ditangkap adalah Anang Muftadin alias Papa Enal (40), Abdul Muis (25), Upik Bonesompe alias Pagar (22) dan Paiman alias Sarjono (33). Keempat tersangka teroris ini ditangkap saat Densus 88 melakukan penyergapan di Jalan Pulau Jawa II di rumah Basri Kamis (11/1/2006) pukul 06.30 WITA kemarin. Sementara Ma’ruf Jainuri (30) dan Imran (20) yang tertangkap tangan membawa bom ditangkap sesudahnya. Mereka mendapat tugas melempari bom. Mereka ditangkap di Kelurahan Moengko, Poso Kota.

Saat ini, mereka tengah menjalani pemeriksaan intensif di Polda Sulteng. Begitu pun dengan empat tersangka teroris lainnya yang masih dirawat di RS Bhayangkara.

Sumber di Kepolisian menyatakan keenam tersangka teroris ini berasal dari satu jaringan yang sama. Mereka selama ini dikenal sebagai kelompok Mujahiddin Kayamanya dan Mujahiddin Tanah Runruh. Mereka diduga terlibat serangkaian aksi-aksi peledakan bom dan penembakan misterius di Poso dan Palu, Sulawesi Tengah.

Sejauh ini, belum ada keterangan terkait keterlibatan mereka. Namun Kapolda Sulteng Badrodin Haiti membenarkan bahwa keenamnya kini sudah ditahan di Polda Sulteng.

Dari tangan tersangka dan di kediaman mereka, Polisi berhasil menyita 12 pucuk senjata api rakitan, sepucuk M-16, dua pucuk SKS, sepucuk SS-1, sepucuk revolver SNW dan sepucuk GLM. Lalu sebuah magazen M-16 berisi 29 amunisi, amunisi caliber 119 butir, amunisi SKS 57 butir, amunisi V1 30 butir, amunisi SG sebutir dan amunis US Thompson 31 butir.

Sementara, hari ini, situasi Kota Poso terlihat tenang. Penjagaan hanya diperketat di lingkungan Polres Poso. Sementara di pos Kepolisian Masyarakat masih dikosongkan.***

Blog Info

BLOG ini berisi sejumlah catatan jurnalistik saya yang sempat terdokumentasikan. Isi blog ini dapat dikutip sebagian atau seluruhnya, sepanjang menyebutkan sumbernya, karena itu salah satu cara menghargai karya orang lain. Selamat membaca.

Dedication Quote

ORANG yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca, karena itu sumber hikmah. Menyediakan waktu tertawa karena itu musiknya jiwa. Menyediakan waktu untuk berfikir karena itu pokok kemajuan. Menyediakan waktu untuk beramal karena itu pangkal kejayaan. Menyediakan waktu untuk bersenda gurau karena itu akan membuat awet muda.Menyediakan waktu beribadah karena itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. [Anonim]